Selasa, 18 Desember 2012

Analisa Film The Pursuit Of Happyness







Analisa Film The Pursuit Of Happyness




Analisa Film The Pursuit Of Happyness
v Hidup tak lepas dari perjuangan,rintangan demi rintangan tak menyurutkan upaya’nya tuk mencapai keberhasilan.Masalah yang dihadapi tak membuat sedikitpun jatuh dari keterpurukan,Dengan keyakinan dan semangat yang dimiliki mendorong tuk mencoba bangkit mengembangkan keahliaan’nya di suatu bidang.

The Pursuit of Happyness adalah sebuah film biografi buatan tahun 2006 yang menceritakan kisah hidup Chris Gardner, seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham kaya. Film ini disutradarai oleh Gabriele Muccino. Skenarionya ditulis oleh Steve Conrad berdasarkan memoir berjudul sama yang ditulis oleh Gardner bersama Quincy Troupe. Film ini dirilis tanggal 15 Desember 2007 oleh Columbia Pictures.
Kalo soal cerita dari film ini  mungkin anda sekalian sudah pada tahu jalan ceritanya. Tapi banyak hal menarik dari alur cerita film ini. Contohnya ketika Chris naik taksi dengan Jay Twistle seorang manajer Dean Witter. Chris berusaha menarik perhatian Jay dengan permainan rubik yang tidak dapat diselesaikan oleh Jay. Chris pun berhasil menyelesaikan rubik tersebut. Sayangnya meskipun berhasil, Chris tidak memiliki cukup uang untuk membayar taksi. Chris pun melarikan diri dari sopir taksi. Lagi-lagi meskipun berhasil melarikan diri, portable-bone-scanner miliknya tertinggal di stasiun kereta. Dan alat tersebut diambil oleh gelandangan stres yang mengira bahwa portable-bone-scanner milik Chris adalah time machine alias mesin waktu. Di adegan ini, mungkin bila kita menjadi Chris Gardner kita akan berpikir bahwa ini adalah hukuman yg pantas akibat menipu seseorang. Dalam hal ini, Chris menipu sopir taksi dengan tidak membayar haknya. Tapi, bila kita telusuri pada adegan-adegan berikutnya. Well, pasti kita akan berpikir lain.
Kejadian selanjutnya adalah, Chris berhasil masuk di Dean Witter dan mengikuti program internship tanpa bayaran. Meskipun begitu, Chris tetap menjual seluruh portable-bone-scannernya yang masih tersisa. Sampai akhirnya bank tempat Chris menyimpan uangnya, mengambil seluruh uang milik Chris karena ia menunggak pajak. Chris pun menjadi bangkrut, dengan hanya mengantongi uang sebanyak 21 dollar. Sampai akhirnya ia dan anaknya terkadang menggelandang atau tinggal dipenampungan. Well, Chris pun akhirnya bertemu lagi dengan gelandangan yg pernah mengambil ­portanle-bone-scannernya dan mengambilnya kembali. Sayangnya alat tersebut rusak. Namun Chris berhasil membetulkannya dan ia mendapatkan uang dari hasil penjualan alat tersebut.
Garis besar peristiwa diatas adalah, IMHO loh ya. Andai saja portable-bone-scanner tadi tidak diambil oleh gelandangan stres, mungkin Chris bener-bener tidak punya harapan untuk meneruskan program internshipnya yang tersisa kira-kira dua bulan.Tapi ternyata dibalik kesulitan yang dialami, tetaplah selalu ada hikmahnya. Seperti yg tertuang di QS. Al-Insyiroh:6 yg berbunyi “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” Selain itu, karena uangnya yg habis untuk membayar tunggakan pajaknya. Chris justru mendapatkan ide untuk menjual produk perusahaannya. Mungkin inilah alasan Steven Conrad sutradara film ini memasukkan adegan percakapan antara Chris dan Christopher, “There was a man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!.” Yep, terkadang kita tidak tahu bahwa sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidur, and God works in mysterious way. Justru kemalangan yg kita alami adalah kasih sayang dari Tuhan untuk menolong kita dikemudian hari. Maksud saya, justru dari kemalangan tersebutlah Tuhan menjaga kita dari hal yg sebenernya lebih gak diinginkan terjadi.
Masih banyak keindahan dari film ini. intinya bila kita meminjam kata-kata om Bill Gates, “terlahir dalam keadaan miskin itu bukan kesalahan kita, tapi mati karena kemiskinan adalah kesalahan kita tersendiri.” Atau kata-kata om Tukul Sarwana, “kesuksesan itu hasil dari kristalisasi keringat kita.” Film inipun menyinggung soal tersebut. So, bila kita tetap miskin tapi tidak ada usaha untuk memperoleh hidup yg lebih baik. Maka, kemiskinan tersebut adalah kesalahan kita sendiri. Dan bukan sepenuhnya kesalahan pemerintah
 Di akhir cerita, Chris akhirnya berhasil diterima sebagai stockbroker di Dean Witter. Dan inilah awal mula kebahagiaan Chris. Sebuah pencapaian luar biasa atas usaha kerasnya, pilihannya untuk mencari kehidupan yg lebih baik untuk anaknya Christopher. Disitulah turning point seorang Chris Gardner. Kebahagiaan yg terlihat singkat dibandingkan perjuangan dan penderitaan yg dialaminya. Tapi justru disitulah kebahagiaan sejati yang dirasakan bagi orang yg memang berjuang untuk mencapai cita-citanya tanpa ada rasa menyerah. Still a great movies I think. What do you think.
v Sikap yang patut dicontoh dari sesosok “Chris Gardner”,diantaranya :
1.Ulet,dimana ia dengan cepat’nya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.Tepat,dimana ia sangat memanfaatkan waktunya dalam bekerja dengan tepat.
3.Bertanggung jawab,dimana ia mampu mengurus kewajiban’nya meskipun penderitaan datang    kepada’nya serta mampu menyelesaikan pekerjaan’nya dengan baik.
4.Berpotensi,selalu berfikir positif.
5.Berinovasi,selalu ingin berkembang.
6.Berorientasi ke depan,
7.Optimis,akan keberhasilan
8.Spontan,disaat menyampaikan pendapat.
9.Berani,disaat menghadapi situasi.
10.Kuat,dimana ia mampu menerima kenyataan yang ada.
11.Sabar,dimana ia tak sedikitpun ngeluh disaat musibah datang kepadanya.   
12.Dan Doa,dimana ia selalu dekat dengan Tuhan. 
          
v Didalam film ini banyak hal positif yang dapat kita ambil,dimana hal tersebut adalah suatu bentuk gambaran kehidupan.Film tersebut mengajarkan bagaimana arti daripada perjuangan.Yang mana  istilah menjelaskan bahwa hidup bagaikan pendakian,dengan semangat dan usaha yang dilakukan’nya berharap bisa mencapai puncak keberhasilan.
v Tak ada kata ragu sekali untuk mencoba,kesempatan yang ada bagaikan peluang emas dalam diri’nya,dengan sekuat tenaga ia optimis mampu menghadapinya.Karna ia yakin Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk dirinya.
v Hal yang membuat dirinya semangat tuk berkembang hanya’lah dengan  dukungan dan doa,kata semangat bukan sembarang kata karna dibalik itu semua tersimpan makna,yang mampu memberikan energy positif dalam diri’nya tuk bangkit.

v Etika dari seorang “Chris Gardner”,diantara’nya :
1.Sopan
2.Menghormati
3.Menghargai
4.Disiplin
5.Bertanggung jawab
6.Jujur
“Pola pikir” yang baik,hasil’nya pun akan baik.Menjalani dengan hati bagaikan kebahagiaan selalu mengikuti…

Tugas Film Analisa The Pursuit Of happyness










Analisa Film The Pursuit Of Happyness
v Hidup tak lepas dari perjuangan,rintangan demi rintangan tak menyurutkan upaya’nya tuk mencapai keberhasilan.Masalah yang dihadapi tak membuat sedikitpun jatuh dari keterpurukan,Dengan keyakinan dan semangat yang dimiliki mendorong tuk mencoba bangkit mengembangkan keahliaan’nya di suatu bidang.

The Pursuit of Happyness adalah sebuah film biografi buatan tahun 2006 yang menceritakan kisah hidup Chris Gardner, seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham kaya. Film ini disutradarai oleh Gabriele Muccino. Skenarionya ditulis oleh Steve Conrad berdasarkan memoir berjudul sama yang ditulis oleh Gardner bersama Quincy Troupe. Film ini dirilis tanggal 15 Desember 2007 oleh Columbia Pictures.
Kalo soal cerita dari film ini  mungkin anda sekalian sudah pada tahu jalan ceritanya. Tapi banyak hal menarik dari alur cerita film ini. Contohnya ketika Chris naik taksi dengan Jay Twistle seorang manajer Dean Witter. Chris berusaha menarik perhatian Jay dengan permainan rubik yang tidak dapat diselesaikan oleh Jay. Chris pun berhasil menyelesaikan rubik tersebut. Sayangnya meskipun berhasil, Chris tidak memiliki cukup uang untuk membayar taksi. Chris pun melarikan diri dari sopir taksi. Lagi-lagi meskipun berhasil melarikan diri, portable-bone-scanner miliknya tertinggal di stasiun kereta. Dan alat tersebut diambil oleh gelandangan stres yang mengira bahwa portable-bone-scanner milik Chris adalah time machine alias mesin waktu. Di adegan ini, mungkin bila kita menjadi Chris Gardner kita akan berpikir bahwa ini adalah hukuman yg pantas akibat menipu seseorang. Dalam hal ini, Chris menipu sopir taksi dengan tidak membayar haknya. Tapi, bila kita telusuri pada adegan-adegan berikutnya. Well, pasti kita akan berpikir lain.
Kejadian selanjutnya adalah, Chris berhasil masuk di Dean Witter dan mengikuti program internship tanpa bayaran. Meskipun begitu, Chris tetap menjual seluruh portable-bone-scannernya yang masih tersisa. Sampai akhirnya bank tempat Chris menyimpan uangnya, mengambil seluruh uang milik Chris karena ia menunggak pajak. Chris pun menjadi bangkrut, dengan hanya mengantongi uang sebanyak 21 dollar. Sampai akhirnya ia dan anaknya terkadang menggelandang atau tinggal dipenampungan. Well, Chris pun akhirnya bertemu lagi dengan gelandangan yg pernah mengambil ­portanle-bone-scannernya dan mengambilnya kembali. Sayangnya alat tersebut rusak. Namun Chris berhasil membetulkannya dan ia mendapatkan uang dari hasil penjualan alat tersebut.
Garis besar peristiwa diatas adalah, IMHO loh ya. Andai saja portable-bone-scanner tadi tidak diambil oleh gelandangan stres, mungkin Chris bener-bener tidak punya harapan untuk meneruskan program internshipnya yang tersisa kira-kira dua bulan.Tapi ternyata dibalik kesulitan yang dialami, tetaplah selalu ada hikmahnya. Seperti yg tertuang di QS. Al-Insyiroh:6 yg berbunyi “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” Selain itu, karena uangnya yg habis untuk membayar tunggakan pajaknya. Chris justru mendapatkan ide untuk menjual produk perusahaannya. Mungkin inilah alasan Steven Conrad sutradara film ini memasukkan adegan percakapan antara Chris dan Christopher, “There was a man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!.” Yep, terkadang kita tidak tahu bahwa sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidur, and God works in mysterious way. Justru kemalangan yg kita alami adalah kasih sayang dari Tuhan untuk menolong kita dikemudian hari. Maksud saya, justru dari kemalangan tersebutlah Tuhan menjaga kita dari hal yg sebenernya lebih gak diinginkan terjadi.
Masih banyak keindahan dari film ini. intinya bila kita meminjam kata-kata om Bill Gates, “terlahir dalam keadaan miskin itu bukan kesalahan kita, tapi mati karena kemiskinan adalah kesalahan kita tersendiri.” Atau kata-kata om Tukul Sarwana, “kesuksesan itu hasil dari kristalisasi keringat kita.” Film inipun menyinggung soal tersebut. So, bila kita tetap miskin tapi tidak ada usaha untuk memperoleh hidup yg lebih baik. Maka, kemiskinan tersebut adalah kesalahan kita sendiri. Dan bukan sepenuhnya kesalahan pemerintah
 Di akhir cerita, Chris akhirnya berhasil diterima sebagai stockbroker di Dean Witter. Dan inilah awal mula kebahagiaan Chris. Sebuah pencapaian luar biasa atas usaha kerasnya, pilihannya untuk mencari kehidupan yg lebih baik untuk anaknya Christopher. Disitulah turning point seorang Chris Gardner. Kebahagiaan yg terlihat singkat dibandingkan perjuangan dan penderitaan yg dialaminya. Tapi justru disitulah kebahagiaan sejati yang dirasakan bagi orang yg memang berjuang untuk mencapai cita-citanya tanpa ada rasa menyerah. Still a great movies I think. What do you think.
v Sikap yang patut dicontoh dari sesosok “Chris Gardner”,diantaranya :
1.Ulet,dimana ia dengan cepat’nya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.Tepat,dimana ia sangat memanfaatkan waktunya dalam bekerja dengan tepat.
3.Bertanggung jawab,dimana ia mampu mengurus kewajiban’nya meskipun penderitaan datang    kepada’nya serta mampu menyelesaikan pekerjaan’nya dengan baik.
4.Berpotensi,selalu berfikir positif.
5.Berinovasi,selalu ingin berkembang.
6.Berorientasi ke depan,
7.Optimis,akan keberhasilan
8.Spontan,disaat menyampaikan pendapat.
9.Berani,disaat menghadapi situasi.
10.Kuat,dimana ia mampu menerima kenyataan yang ada.
11.Sabar,dimana ia tak sedikitpun ngeluh disaat musibah datang kepadanya.   
12.Dan Doa,dimana ia selalu dekat dengan Tuhan. 
          
v Didalam film ini banyak hal positif yang dapat kita ambil,dimana hal tersebut adalah suatu bentuk gambaran kehidupan.Film tersebut mengajarkan bagaimana arti daripada perjuangan.Yang mana  istilah menjelaskan bahwa hidup bagaikan pendakian,dengan semangat dan usaha yang dilakukan’nya berharap bisa mencapai puncak keberhasilan.
v Tak ada kata ragu sekali untuk mencoba,kesempatan yang ada bagaikan peluang emas dalam diri’nya,dengan sekuat tenaga ia optimis mampu menghadapinya.Karna ia yakin Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk dirinya.
v Hal yang membuat dirinya semangat tuk berkembang hanya’lah dengan  dukungan dan doa,kata semangat bukan sembarang kata karna dibalik itu semua tersimpan makna,yang mampu memberikan energy positif dalam diri’nya tuk bangkit.

v Etika dari seorang “Chris Gardner”,diantara’nya :
1.Sopan
2.Menghormati
3.Menghargai
4.Disiplin
5.Bertanggung jawab
6.Jujur
“Pola pikir” yang baik,hasil’nya pun akan baik.Menjalani dengan hati bagaikan kebahagiaan selalu mengikuti…

Artikel Pengusaha Muda


KISAH PENGUSAHA MUDA
A.} HENDY SETIONO


“Hendy Setiono Pengusaha Muda Pemilik Kebab Turki Baba Rafi”


Mungkin nama Hendy Setiono belum familiar di telinga Anda.  Namun tahukah Anda kalau perusahaan yang ia pimpin beromzet lebih dari Rp 1.000.000.000 per bulan.  Ya, anak muda asal Surabaya ini adalah Presiden Direktur Kebab Turki Baba Rafi Surabaya.  Kebab Baba Rafi berdiri sejak September 2003 hingga kini telah memiliki 100 outlet di 16 kota yang tersebar di seluruh Indonesia.  Dengan bisnis kebabnya ini, Hendy Setiono dinobatkan oleh majalah Tempo edisi akhir 2006 sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang dinilai mengubah Indonesia.  Sebuah prestasi yang cukup membanggakan mengingat usianya baru menginjak 25 tahun.  Ide mendirikan bisnis kebab berawal ketika pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983 ini mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar. Ia mengamati kedai kebab banyak dikunjungi warga setempat.  Karena penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan tersebut.  Ternyata rasanya sangat enak dan terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timur Tengah yang menyebar di berbagai kota.
Sekembalinya di Surabaya, Hendy langsung menyusun strategi bisnis. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari partner, yaitu Hasan Baraja, Kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner.  Dengan tidak bermaksud asal-asalan, mereka sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya.  Pada September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya.
Mengapa gerobak? Hendy beralasan bahwa memproduksi gerobak lebih mudah daripada harus membuat kedai permanen.  Modalnya sedikit, fleksibel dan bisa berpindah-pindah lokasi.  Tentang nama Baba Rafi sendiri ternyata terinspirasi dari nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. Baba Rafi yang berarti bapaknya Rafi. Lebih bagus daripada nama Kebab Pak Hendy yang terdengar kurang komersial.
Keinginan Hendy berwirasusaha ini awalnya tidak mendapatkan restu dari kedua orangtuanya.  Mereka menginginkan Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya.  Terlebih lagi ternyata Hendy harus memutuskan berhenti dari bangku kuliah di tahun kedua Fakultas Teknik Informatika Institut Teknologi Surabaya.  Restupun semakin sulit didapat.  Namun, dengan semangat baja, Hendy ingin membuktikan bahwa bisnis kebabnya ini akan berhasil dan bukan sekedar proyek iseng.
Semua berbuah hasil ketika hanya dalam 3-4 tahun, sulung dari dua bersaudara pasangan Ir. H. Bambang Sudiono dan Endah Setijowati ini berhasil mengembangkan sayap di mana-mana.  Bahkan, hingga pengujung 2006, telah tercatat 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tahun 2008, telah berkembang menjadi 300 outlet dari Aceh sampai Ambon.
Sukses bisnis kebab yang dikonsep dengan sistem waralaba dan manajemen yang solid, membuat Hendy mendapatkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 oleh menteri Koperasi dan UKM, ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006, penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 oleh Profesi Indonesia, Terbaik I Wirausaha Muda Mandiri 2007 dari Bank Mandiri, Best Franchise 2007 Category of Food & Beverages dari Pengusaha Magazine, Best Achievement at Young Entrepreneurs Award 2007 dari Bisnis Indonesia dan berbagai perhargaan lainnya.  Kini mimpinya adalah mengembangkan usahanya ke mancanegara seperti Malaysia dan Thailand.  Tidak hanya itu, sudah ada tawaran untuk membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja.
Menurutnya tidak ada kata terlambat atau pun terlalu cepat untuk menjadi seorang entrepreneur.  Saat paling tepat adalah mulai saat ini juga. “Just do it !! Lakukan sekarang, jangan hanya menjadi wacana.  Ia juga menyarankan, jika ragu melangkah menjadi entrepreneur karena takut akan resiko, bergaulah dengan orang-orang yang berani, maka keberanian itu akan tertular.  Carilah teman atau mentor yang tepat., atau bergaullah dengan orang yang bisa memberi motivasi. Dampaknya akan lebih hebat lagi.
Apa reaksi Anda saat melihat orang-orang yang berhasil di sekeliling kita?  Nampaknya ada dua kemungkinan yang biasanya terjadi, kita menjadi kecil hati dan memandang diri begitu kecil, atau sebaliknya kita menjadi terinspirasi untuk berusaha sekuat tenaga kita untuk bisa berhasil seperti mereka.
Tips yang selalu ia anut untuk mencapai kesuksesan adalah tidak cepat menyerah apapun kondisinya dan harus menjadi tegar dan kuat seperti batu karang dalam segala keadaan.  Ia yakin bahwa Tuhan sudah menciptakan setiap orang bukan untuk menjadi seorang yang gagal, namun apakah semuanya kembali tergantung kepada kita.  Apakah gagal atau berhasil, semuanya ditentukan oleh masing-masing kita.  Saya sangat percaya bahwa kesuksesan itu hak kita, namun mungkin jalannya saja yang berbeda satu sama lain.
Setahun pertama, Hendi mengaku “hanya” mendapat penghasilan bersih per bulan Rp 20 juta. “Wah, rasanya sudah seneng banget. Baru umur 20 tahun, penghasilan sudah Rp 20 juta sebulan,” ceritanya.
Setelah membeli Yamaha Mio? “Sekarang kasihan motor itu, sudah nggak muat nampung badan saya semakin melar. Jadi, cari motor yang agak gedean, pakai Harley-Davidson,” ujar nominator Asia’s Best Entrepreneur Under 25 versi Majalah BusinessWeek tersebut.
Selain itu, Hendi punya dua rumah; satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Di Surabaya, dia membeli rumah di salah satu kawasan elite, Perumahan Bumi Galaxy Permai. Soal rumah yang satu ini, Hendi punya cerita tersendiri. “Ini rumah idaman saya,” tuturnya.
Dulu, cerita Hendi, semasa masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS, setiap pulang dari kampus, Hendi yang kala itu tinggal di Semolowaru, Surabaya, selalu melewati kawasan perumahan itu. Dia sering berhenti sejenak di perumahan elite itu. Saking seringnya mondar-mandir di perumahan itu sepulang dari kampus, dia sampai kenal dengan sejumlah satpam di sana. “Rumahnya besar-besar, megah-megah. Kelak saya ingin punya rumah seperti ini,” tekadnya ketika itu.
Hendi mengaku terkagum-kagum dengan rumah-rumah di kawasan itu. “Bahkan, hujan saja nggak banjir, beda dengan rumah saya. Halaman depannya itu lebih luas daripada rumah saya di Semolowaru,” kisahnya.
Dari proses itulah Hendi yakin bahwa mimpi yang terus disemai akan bisa mewujud jika diiringi pancangan semangat yang kuat untuk mewujudkannya. “Semuanya berangkat dari impian. Alhamdulillah, saya kemarin berangkat ke Jakarta (wawancara dengan Hendi dilakukan di Jakarta beberapa waktu lalu, Red) sudah dari rumah di Galaxy Bumi Permai,” ceritanya. “Kalau saya tidak berani mulai jualan pakai gerobak, semua mimpi itu hanya tinggal mimpi,” imbuhnya.
Dengan segala apa yang dimiliki kini, Hendi lebih leluasa menyalurkan hobinya berjalan-jalan. Setiap mengisi seminar di berbagai kampus di Indonesia, dia selalu menyempatkan diri mengunjungi berbagai tempat wisata. “Saya lebih suka ke tempat wisata yang alami, lihat pantai, lihat hutan,” ujarnya.
Jalan-jalan ke luar negeri juga sudah menjadi rutinitas yang sangat biasa bagi salah satu 10 Tokoh Pilihan 2006 versi majalah Tempo tersebut. “Dulu jalan-jalan ke luar negeri itu jadi mimpi, sesuatu yang wah, seolah nggak terjangkau. Alhamdulillah, sekarang udah sering,” tuturnya.
Hendy tak melupakan sedekah. Dananya secara tetap didonasikan ke tujuh yayasan yatim-piatu. “Saya menyadari sulitnya kehidupan mereka karena orang tua saya juga bukan orang kaya,” katanya. Dia yakin, jika seseorang tak perhitungan dalam sedekah, rezeki yang diberikan Tuhan akan terus mengalir. “Saya yakin istilah inden rezeki. Orang biasanya membayar zakat 2,5 persen dari keuntungan. Saya membaliknya, sebelum ada untung, harus bayar zakat dulu,” ujarnya. “Pokoknya, kalau omzet turun, kita hajar dengan sedekah,” imbuhnya.
Di luar itu Hendy hampir tidak pernah menghambur-hamburkan uang untuk hobi yang tidak jelas. Misal, clubbing di tempat hiburan malam. “Kalau jalan-jalan ke mal, itu rutin. Tapi, saya dan keluarga tidak konsumtif. Paling-paling hanya lihat tren fashion saat ini untuk diterapkan ke bisnis saya. Misalnya, untuk desain pakaian karyawan dan outlet-outlet,” ujar pria kelahiran 30 Maret 1983 itu. Ketika jalan-jalan itu, Hendi tak khawatir dengan roda bisnisnya. “Owner-nya bisa jalan-jalan, yang mantau manajemen di Surabaya dan Jakarta.”
Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak boleh ada kata berpuas diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. “Sekarang baru 40 outlet, mayoritas masih di Jatim,” kata Hendi yang, bersama aktris Dian Sastro dan Artika Sari Devi, menjadi duta Wirausaha Muda Mandiri tersebut.
Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu mendirikan Baba Rafi Palace. Sudah dua pondokan megah yang disewakan di Surabaya. “Di Siwalankerto, ada 18 kamar dengan tarif Rp 700 ribu per bulan per kamar. Lalu di Prapanca ada 16 kamar, tarifnya Rp 1,2 juta per bulan,” ujarnya.
Satu lini bisnis makanan juga sedang disiapkan Hendy. “Lagi ngerjakan Piramida Pizza. Kalau biasanya pizza ditaruh loyang, ini mau ditaruh di cone. Jadi, makan pizza bisa sambil jalan-jalan, seperti makan es krim,” terang bapak dengan tiga anak itu.
Dia juga bakal berekspansi ke luar negeri. “Di Malaysia saya baru aja bikin Baba Rafi Malaysia Sdn Berhad. Target awalnya mendirikan 25 outlet kebab,” ujarnya.
Dari UKM(elarat) ke UKM(iliaran)
Hendy memulai bisnis dengan terseok-seok. “Tentu tidak langsung bombastis seperti sekarang. Saya harus jatuh bangun, berdarah-darah.” Dia mengisahkan, saat baru dua minggu berjualan kebab dengan satu gerobak di kawasan Nginden, Surabaya, orang yang diajaknya berjualan sakit.
Dari semula berjualan berdua, dia pun memutuskan menunggui gerobaknya seorang diri. “Ndilalah hari itu hujan deras, jadi sepi,” ceritanya. Untuk menghibur diri, hasil jualan hari itu dibelikan makanan di warung sebelah tempat gerobaknya berdiri. “Di sana ada warung sea food. Saat saya membayar, eh ternyata lebih mahal daripada hasil jualan saya. Jadi, malah rugi,” kisahnya.
Hendy memulai bisnis kala berusia 20 tahun. Dia berhenti kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS saat masuk tahun kedua. “Belum sempat di-DO (drop out, Red), saya OD, out dhewe (keluar sendiri, Red),” ujarnya lantas tertawa.
Ibunya yang pensiunan guru dan bapaknya yang bekerja di sebuah perusahaan di Qatar shock melihat keputusan Hendy. “Orang tua saya ingin saya selesai kuliah, lalu kerja di perusahaan. Bukan malah jualan pakai gerobak,” katanya. Namun, Hendi bergeming. “Setelah berhasil, orang tua malah ingin ikut-ikutan berbisnis,” kata ayahanda Rafi Darmawan, 5, Reva Audrey Sahira, 3, dan Ready Enterprise, 1.
Kini bisnisnya terus membesar. Dari hanya satu karyawan, kini perusahaannya mempekerjakan 700 karyawan. “Yang jadi manajemen inti 200 orang. Semuanya lulusan S1 dan S2,” ceritanya, bangga.
Dia mengibaratkan perjalanan bisnisnya dengan dua istilah UKM yang berbeda. “Dulu kami hanya UKM, usaha kecil melarat. Sekarang masih UKM, tapi usaha kecil miliaran,” tuturnya.
Sekarang ada satu mimpi yang bakal diwujudkan tahun ini. “Saya ingin mengajak semua keluarga jalan-jalan ke Eropa.”
Terimakasih,